Faa

Aku adalah udara yang ingin terus menghidupkanmu.

Melihat sisi dunia dari sudut yang berbeda

Lihatlah! Betapa hebat Allah menciptakan semesta.

Menjangkau dunia dengan membaca

Mari berpetualang.

Written

Menulis adalah cara sederhana untuk bahagia.

KLOVER

Mencari keberuntungan melalui usaha.

Sabtu, 19 September 2015

Gametogenesis

 Gametogenesis adalah proses terbentuknya gamet atau sel kelamin. Gametogenesis pada pria dinamakan spermatogenesis, yaitu proses pembentukan sel kelamin pria (spermatozoid) dan gametogenesis pada wanita dinamakan oogenesis, yaitu proses pembentukan sel kelamin wanita (ovum) (Ferrial, 2012).
Gametogenesis

Spermatogenesis dikontrol oleh hormon steroid seks yaitu testosteron. Testosteron disintesis oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel Leydig. Sel-sel Leydig terdapat diantara tubulus seminiferustestis. Testosteron bedifusi ke dalam tubulus seminiferus dan merangsang spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel Leydig diatur oleh hormon gonadotropin yaitu LH (Luitenizing Hormone) (Adnan, 2006).
Menurut Adnan (2013), tingkat perkembangan sel germa di dalam tubulus seminiferus adalah sebagai berikut:
a.       Spermatogenium: Ukuran relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak berderet di dekat/ melekat pada membran basalis.
b.      Spermatosit I: Ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh dari membran basalis.
c.       Spermatosit II: Ukuran agak kecil (1/2 kali ukuran spermatosit I), bentuk bulat, warna inti lebih kuat, letak makin menjauh dari membran basalis.
d.      Spermatid: Ukuran kecil, bentuk oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di dekat lumen.
e.       Spermatozoid: Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda terdapat di lumen.
Pada jantan, hormon kelamin utama adalah androgen, yang paling penting diantaranya adalah testosteron. Androgen, hormon steroid yang sebagaian besar dihasilkan oleh sel-sel Leydig testis, secara langsung betanggung jawab atas karakteristik seks primer dan sekunder jenis kelamin jantan. Karakterisktik seks primer adalah tanda-tanda yang berkaitan dengan sistem reproduksi: perkembangan vas deferens dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal, dan produksi sperma. Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang secara tidak langsung berkaitan dengan system reproduksi, yang meliputi perubahan suara menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot (androgen merangsang sintesis protein). Androgen juga menjadi penentu kuat perilaku pada mamalia dan vertebrata lain. Selain perilaku seksual spesifik, dan dorongan seksual, androgen meningkatkan agresivitas secara umum dan juag bertanggung jawab atas perilaku seperti berkicauanya burung dan perilaku memanggil-manggil pada katak. Hormone dari pituitary anterior dan hipotalamus mengontrol sekresi androgen maupun produksi sperma oleh testis (Isnaini, 2006).
Setelah pria menjadi dewasa, spermatogenesis berlanjut, di mana spermatogonia berproliferasi dan kemudian mengalami pembelahan meiosis dalam berbagai stadia, sehingga tampak berbagai tingkat pembentukan spermatozoid. Mulai dari bagian dalam dinding luar duktus seminiferus kea rah lumen terdapat adanya sel spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan spermatozoid. Pada waktu spermatogenesis berlangsung, sebagian sel tetap berupa se induk (stem cell), sedang yang lain berdiferensiasi selama pembelahan meiosis. Spermatogonia tumbuh membesar menjadi spermatosit primer yang diploid (2n = 46 kromosom). Tiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Kedua spermatosit seunder mengalami pembelahan meiosis II menghasilkan 4 spermatid. Keempat spermatid ini memasuki ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoid. Proses pematangan ini disebut spermiogenesis (Ferrial, 2012).
Menurut Adnan (2013) oogenesis berlangsung pada ovarium, terutama pada bagian korteks, dan dilanjutkan di dalam oviduk jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel-folikel telur dengan tingkatan sebagai berikut:
a.       Folikel primordial: merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir, terdiri atas sebuah oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel berbentuk pipih.
b.      Folikel tumbuh, terdiri dari:
1.      Folikel primer terdiri dari oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel granulose) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-sel granulose dipisahkan oleh zona pellusida.
2.      Folikel sekunder terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis sel granulose.
3.      Folikel tersier, volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah besar/banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) di antara sel-sel granulose. Jaringan ikat stroma yang terdapat diluar stratum granulose menyusun diri membentuk teka interna daan eksterna.
4.      Folikel matang (Folikel Graff) berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga besar, berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang disebut korona radiate, dihubungkan dengan sel-sel granulose tepi oleh tangkai penghubung yang disebut cumulus ooforus.
Oogenesis adalah perkembangan telur (sel telur dewasa yang belum dibuahi). Di antara kelahiran dan pubertas, sel-sel telur (oosit primer) membesar, dan folikel di sekitarnya tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis, tetapi tidak berubah lebih lanjut kecuali diaktifkan kembali oleh hormone. Mulai saat pubertas, FSH (Follicle-Stimulating hormone atau hormone perangsang folikel) secara periodic merangsang untuk memulai pertumbuhan sekali lagi dan menginduksi oosit primernya untuk menyelesaikan pembelahan meiosis pertama. Meiosis kemudian berhenti sekali lagi; oosit sekunder, yang dibebaskan selama ovulasi, tidak mengalami pembelahan meiosis kedua dengan seketika. Pada manusia, penetrasi sel telur oleh sperma memicu pembelahahn meiosis kedua, dan setelah itulah oogenesis menjadi sempurna (Campbell, 2004).
Oogenesis berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan meiosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hamper semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum; produk lain meiosis, yaitu sel yang lebih kecil yang disebut badan polar (polar body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut berbeda dari spermatogenesis, ketika keempat produk meiosis I dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa. Kedua, sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah melalui mitosis sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina. Saat lahir, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi telur. Ketiga, oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan dengan spermatogenesis, yang menghasilkan sperma dewasa dari sel precursor ddalam urutan yang tidak berhenti (Campbell, 2004).


DAFTAR PUSTAKA


Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Adnan dan Andi Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum Perkembangan Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Campbell. Neil A. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta: Erlangga.
Ferial, Eddyman W. 2012. Reproduksi dan Embriologi. Makassar: t.p.

Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius.

Rabu, 09 September 2015

FLOEM

Floem

Floem merupakan alat translokasi zat hara hasil fotosintesis kearah bawah dan ke bagian tumbuhan di bawah tanah. Floem merupakan jaringan kompleks, seperti halnya xylem. Ditinjau dari segi perkembangannya, floem dibedakan atas :
  1. Floem primer, berkembang dari prokambium
  2. Floem sekunder, berkembang dari cambium pembuluh


FLOEM

Floem Primer
Floem primer terdiri atas protofloem dan metafloem.
Protofloem menjadi dewasa di dalam bagian tumbuhan yang masih tumbuh memanjang. Karena itu, pembuluhb tapis di dalamnya meregang dan segera kehilangan fungsinya.
Metafloem berdiferensiasi kemudian dan pada tumbuhan yang tidak mengalami pertumbuhan sekunder akan merupakan satu-satunya floem fungsional pada tumbuhan dewasa.

Floem Sekunder
Floem sekunder pada Coniferae, tampak dalam system aksial yang mengandung sel tapis dan sel parenkim. Beberapa di antaranya terdiferensiasi sebagai sel albumin. Serat dan skelereid juga ditemukan. Saluran harsa ditemukan baik di system aksial maupun system radial. Floem sekunder pada dikotil bervariasi, baik dalam susunan, komposisi, ukuran, sel, ataupun dalam sifat-sifat floem nonfungsional.
Floem primer dan sekunder mengandung jenis sel yang sama. Namun, floem primer tidak tersusun atas system aksial dan system radial, tidak ada jari-jari empulur. Sel yang berfungsi dalam pengangkutan adalah unsur tapis yang terdiri atas sel tapis dan komponen sel tapis.


DAFTAR PUSTAKA


Muhammadiah, Asia dan Hilda Karim. 2013. Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan. Makassar: FMIPA UNM

Kamis, 27 Agustus 2015

Jaringan Kolenkim


Jaringan Kolenkim
Kolenkim merupakan jaringan mekanik yang berfungsi menyokong tumbuhan. Kolenkim berkembang pada stadium awal promeristem dan terbentuk oleh sejumlah sel memanjang yang menyerupai sel prokambium (Hilda, 2013). Pada banyak tumbuhan, penguat pada tingkat-tingkat awal pertumbuhannya diberikan oleh suatu jaringan yang lunak tetapi kuat yang disebut kolenkim. Jaringan penguat pada tumbuhan yaitu kolenkim dan sklerenkim, dari sudut pandang fisiologis secara kolektif disebut stereom. Pada organ tumbuhan kolenkim dan sklerenkim mungkin dapat ditemukan keduanya, misalnya pada dearah korteks batang Vernonia, jaringan penguat tertentu terpusat di daerah rusuk sedangkan jaringan penguat lainnya berada di daerah lainnya (Setjo, 2004).
Sel kolenkim adalah sel hidup, bentuknya sedikit memanjang, dan pada umumnya memiliki dinding yang tidak teratur penebalannya (Hilda, 2013). Sel-sel kolenkim, yang terkelompok di dalam untaian atau silinder, membantu mendukung bagian-bagian tunas tumbuhan yang muda. Sel-sel kolenkim memiliki dinding primer yang lebih tebal daripada sel-sel parenkim, walaupun dindingnya menyebar tidak merata (Campbell, 2008). Secara ontogoni, kolenkim berkembang dari sel-sel yang memanjang mirip sel-sel prokambium yang muncul pada tahap perkembangan awal saat diferensiasi meristem tersebut atau dai sel-sel isodiametrik yang muncul dari meristem dasar, (Setjo, 2004). Sel kolenkim tetap memiliki protoplas aktif yang mampu melenyapkan penebalan dindingnya, bila sel dirangsang untuk membelah seperti pada waktu sel tersebut membentuk kambium gabus atau menyembuhkan luka (Hilda, 2013). Dibandingkan dengan sel-sel parenkima, sel-sel kolenkima memiliki dinding primer yang lebih tebal, meskipun dinding itu tidak menebal secara merata. Dengan berkelompok dalam untaian atau silinder, sel-sel kolenkima membantu menyokong bagian tumbuhan yang muda. Misalnya, batang-batang muda seringkali memiiki silinder kolenkima yang tepat berada di bawah permukaannya (benang atau tali-tali, batang seledri, misalnya). Karena mereka tidak memiliki dinding sekunder dan lignin yang merupakan agen pengerasan, tidak ada pada dinding primernya, sel-sel kolenkima memberikan dukungan tanpa menghambat pertumbuhan (Campbell, 2000: 299-300).
Kolenkim berfungsi sebagai jaringan penunjang pada organ muda yang sedang tumbuh, dan pada tumbuhan herba tetap ada meskipun organnya sudah tua. Kolenkim terdiri atas sel yang hidup, berbentuk kurang lebih memanjang dengan penebalan dinding yang tidak merata. Kolenkim yang terdapat pada organ yang sedang tumbuh menyebabkan sifat plastis dan lentur terhadap organ tersebut (Setjo, dkk, 2004).
Menurut Hilda (2013), Kolenkim dapat ditemukan pada:
  1.    Batang, kolenkim biasa membentuk silinder penuh atau tersusun menjadi berkas memanjang sejajar sumbu batang di bagian tepi.
  2.    Daun, kolenkim terdapat di kedua sisi tulang daun utama atau pada satu sisi saja, serta terdapat pada sepanjang tepi daun.
  3.     Akar, kolenkim dapat terbentuk bila akar didedahkan kepada cahaya.
  4.     Kolenkim, biasanya terdapat langsung di bawah epidermis.



DAFTAR PUSTAKA
Campbell, 2000. Biologi Edisi Kelima- Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Campbell, 2008. Biologi Edisi Kedelapan- Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Hilda .2013. Bahan Ajar Anatomi Tumbuhan. Makassar : Jurusan
Biologi FMIPA UNM.

Setjo, Susetyoadi. 2004.Cammon textbook Edisi Revisi Anatomi Tumbuhan. Malang:
Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang.



Rabu, 26 Agustus 2015

Menulis Itu Tidak Mudah Ternyata

Siapa bilang menulis itu mudah?

Menulis Itu Tidak Mudah Ternyata

Menulis adalah pekerjaan yang paling sulit untuk dilakukan oleh kebanyakan orang. Belajar menulis juga tidak gampang, butuh waktu 1 sampai 2 tahun agar bisa menulis dengan lancar. Ingatkan ketika kita duduk di bangku SD? Belajar menulis itu harus dimulai dari garis putus-putus, barulah kemudian disambung menjadi satu huruf atau angka yang utuh. Dan sebelum kita belajar menulis, kita juga harus sudah mengenal huruf-huruf atau angka-angka. Rumitkan?

Maka dari itu banyak orang yang memilih hanya menikmati tulisan. Sebut saja lebih gemar membaca. Padahal mereka memiliki potensi untuk menuangkan ide-idenya ke dalam sebuah tulisan. Perlu kita ketahui bahwa dengan menulis maka banyak hal yang bisa kita pahami dan bisa kita temukan. Menulis juga merupakan mediasi untuk menenangkan pikiran. Tidak sedikit orang yang berhasil tersenyum setelah mereka menulis. Misalnya, ketika kita menulis sebuah pengakuan atas rasa bersalah. bukankah sedikit melegakan daripada hanya dipendam sendirian dan kita tidak sanggup untuk berbicara? Atau ketika kita punya cara praktis untuk menyelesaikan sesuatu dengan mudah, dan membuat orang lain yang membacanya merasa tertolong oleh tulisan kita. Bukankah suatu yang sangat membahagiakan jika kita bisa membuat orang lain senang?

Belum tahu apa yang bisa kita tulis?

Banyak hal yang bisa menjadi sumber inspirasi dalam menulis, misalnya saja sebuah hadiah kecil yang terbungkus rapi. Kita bisa memulai dengan mendeskripsikan warna dari covernya, icon-icon atau gambarnya, kemudian kita juga bisa mendskripsikan isinya. Tulislah dengan sangat sederhana sehingga orang lain bisa menerawang dan mendapat gambaran dari sekotak hadiah yang kita dapatkan. Dan banyak hal lain lagi yang bisa kita tuangkan ke dalam tulisan.
Menarik minat pembaca tidak butuh keahlian khusus, namun untuk permulaan kita hanya perlu memperbaiki redaksi kata yang akan kita gunakan. Jangan sampai kita menulis tanpa penjiwaan, jadinya orang lain akan merasa jenuh dengan tulisan kita.


Nah, masihkah menulis itu terasa sulit?