Spermatogenesis
dikontrol oleh hormon steroid seks yaitu testosteron. Testosteron disintesis
oleh sel-sel intertisial testis atau sel-sel Leydig. Sel-sel Leydig terdapat
diantara tubulus seminiferustestis. Testosteron bedifusi ke dalam tubulus
seminiferus dan merangsang spermatogenesis. Produksi testosteron oleh sel
Leydig diatur oleh hormon gonadotropin yaitu LH (Luitenizing Hormone)
(Adnan, 2006).
Menurut Adnan
(2013), tingkat perkembangan sel germa di dalam tubulus seminiferus adalah
sebagai berikut:
a. Spermatogenium:
Ukuran relatif kecil, bentuk agak oval, inti berwarna kurang terang, terletak
berderet di dekat/ melekat pada membran basalis.
b. Spermatosit
I: Ukuran paling besar, bentuk bulat, inti berwarna kuat, letak agak menjauh
dari membran basalis.
c. Spermatosit
II: Ukuran agak kecil (1/2 kali ukuran spermatosit I), bentuk bulat, warna inti
lebih kuat, letak makin menjauh dari membran basalis.
d. Spermatid:
Ukuran kecil, bentuk oval, warna inti kuat, kadang-kadang piknotis, letak di
dekat lumen.
e. Spermatozoid:
Spermatozoa muda melekat secara bergerombol pada sel sertoli, yang muda
terdapat di lumen.
Pada jantan,
hormon kelamin utama adalah androgen, yang paling penting diantaranya adalah
testosteron. Androgen, hormon steroid yang sebagaian besar dihasilkan oleh
sel-sel Leydig testis, secara langsung betanggung jawab atas karakteristik seks
primer dan sekunder jenis kelamin jantan. Karakterisktik seks primer adalah
tanda-tanda yang berkaitan dengan sistem reproduksi: perkembangan vas deferens
dan duktus-duktus lain, perkembangan struktur reproduksi eksternal, dan
produksi sperma. Karakteristik seks sekunder adalah ciri yang secara tidak
langsung berkaitan dengan system reproduksi, yang meliputi perubahan suara
menjadi berat, persebaran rambut di muka dan di pubis, dan pertumbuhan otot
(androgen merangsang sintesis protein). Androgen juga menjadi penentu kuat
perilaku pada mamalia dan vertebrata lain. Selain perilaku seksual spesifik,
dan dorongan seksual, androgen meningkatkan agresivitas secara umum dan juag
bertanggung jawab atas perilaku seperti berkicauanya burung dan perilaku
memanggil-manggil pada katak. Hormone dari pituitary anterior dan hipotalamus
mengontrol sekresi androgen maupun produksi sperma oleh testis (Isnaini, 2006).
Setelah pria
menjadi dewasa, spermatogenesis berlanjut, di mana spermatogonia berproliferasi
dan kemudian mengalami pembelahan meiosis dalam berbagai stadia, sehingga
tampak berbagai tingkat pembentukan spermatozoid. Mulai dari bagian dalam
dinding luar duktus seminiferus kea rah lumen terdapat adanya sel
spermatogonia, spermatosit primer, spermatosit sekunder, spermatid dan
spermatozoid. Pada waktu spermatogenesis berlangsung, sebagian sel tetap berupa
se induk (stem cell), sedang yang lain berdiferensiasi selama pembelahan
meiosis. Spermatogonia tumbuh membesar menjadi spermatosit primer yang diploid
(2n = 46 kromosom). Tiap spermatosit primer mengalami pembelahan meiosis I
menghasilkan 2 spermatosit sekunder yang haploid. Kedua spermatosit seunder
mengalami pembelahan meiosis II menghasilkan 4 spermatid. Keempat spermatid ini
memasuki ujung sel-sel sertoli untuk mematangkan diri menjadi spermatozoid.
Proses pematangan ini disebut spermiogenesis (Ferrial, 2012).
Menurut Adnan
(2013) oogenesis berlangsung pada ovarium, terutama pada bagian korteks, dan
dilanjutkan di dalam oviduk jika terjadi penetrasi spermatozoid. Dalam
oogenesis, sel germa berkembang di dalam folikel-folikel telur dengan tingkatan
sebagai berikut:
a. Folikel
primordial: merupakan folikel utama yang terdapat sebelum lahir, terdiri atas
sebuah oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel berbentuk pipih.
b. Folikel
tumbuh, terdiri dari:
1. Folikel
primer terdiri dari oosit I yang dilapisi oleh selapis sel folikel (sel
granulose) berbentuk kubus. Antara oosit dan sel-sel granulose dipisahkan oleh
zona pellusida.
2. Folikel
sekunder terdiri dari sebuah oosit I yang dilapisi oleh beberapa lapis sel
granulose.
3. Folikel
tersier, volume stratum granulosum yang melapisi oosit I bertambah
besar/banyak. Terdapat beberapa celah (antrum) di antara sel-sel granulose.
Jaringan ikat stroma yang terdapat diluar stratum granulose menyusun diri
membentuk teka interna daan eksterna.
4. Folikel
matang (Folikel Graff) berukuran paling besar, antrum menjadi sebuah rongga
besar, berisi cairan folikel. Oosit dikelilingi oleh sel granulose yang disebut
korona radiate, dihubungkan dengan sel-sel granulose tepi oleh tangkai
penghubung yang disebut cumulus ooforus.
Oogenesis adalah
perkembangan telur (sel telur dewasa yang belum dibuahi). Di antara kelahiran
dan pubertas, sel-sel telur (oosit primer) membesar, dan folikel di sekitarnya
tumbuh. Oosit primer mereplikasi DNA dan memasuki profase I meiosis, tetapi
tidak berubah lebih lanjut kecuali diaktifkan kembali oleh hormone. Mulai saat
pubertas, FSH (Follicle-Stimulating
hormone atau hormone perangsang folikel) secara periodic merangsang untuk
memulai pertumbuhan sekali lagi dan menginduksi oosit primernya untuk
menyelesaikan pembelahan meiosis pertama. Meiosis kemudian berhenti sekali
lagi; oosit sekunder, yang dibebaskan selama ovulasi, tidak mengalami
pembelahan meiosis kedua dengan seketika. Pada manusia, penetrasi sel telur
oleh sperma memicu pembelahahn meiosis kedua, dan setelah itulah oogenesis menjadi
sempurna (Campbell, 2004).
Oogenesis
berbeda dari spermatogenesis dalam tiga hal penting. Pertama, selama pembelahan
meiosis oogenesis, sitokinesis bersifat tidak sama (unequal), dengan hamper
semua sitoplasma dimonopoli oleh satu sel anak, yaitu oosit sekunder. Sel besar
tersebut dapat terus berkembang menjadi ovum; produk lain meiosis, yaitu sel
yang lebih kecil yang disebut badan polar (polar
body) akan mengalami degenerasi. Hal tersebut berbeda dari spermatogenesis,
ketika keempat produk meiosis I dan II berkembang menjadi sperma yang dewasa.
Kedua, sementara sel-sel asal sperma berkembang terus membelah melalui mitosis
sepanjang hidup laki-laki, hal ini tidak berlaku bagi oogenesis pada betina.
Saat lahir, ovarium telah mengandung semua sel yang akan berkembang menjadi
telur. Ketiga, oogenesis mempunyai periode “istirahat” yang panjang, berlawanan
dengan spermatogenesis, yang menghasilkan sperma dewasa dari sel precursor
ddalam urutan yang tidak berhenti (Campbell, 2004).
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2006. Reproduksi dan Embriologi. Makassar:
Universitas Negeri Makassar.
Adnan dan Andi
Mu’nisa. 2013. Penuntun Praktikum
Perkembangan Hewan. Makassar: Universitas Negeri Makassar.
Campbell. Neil
A. 2004. Biologi Jilid III. Jakarta:
Erlangga.
Ferial,
Eddyman W. 2012. Reproduksi
dan Embriologi. Makassar: t.p.
Isnaini, Wiwi. 2006. Fisiologi
Hewan.
Yogyakarta: Kanisius.
0 komentar:
Posting Komentar